Minggu, 26 September 2010

ACEH BUTUH UKM CENTER


Sun, Sep 26th 2010, 11:59
Maksimalkan Pembiayaan
Aceh Butuh UKM Center
Ekonomi | Bisnis

BANDA ACEH - Mempermudah akses usaha kecil kecil dan menengah (UKM) terhadap pembiayaan perbankan, Aceh dinilai perlu memiliki sebuah wadah yang menjadi pusat UKM atau UKM Center. Sampai saat ini, porsi pembiayaan terhadap UKM di Aceh masih lebih kecil dari total pembiayaan yang dikucurkan perbankan di Aceh.

“UKM Center ini perlu ada di Aceh. Tugasnya mempermudah debitur mengakses perbankan. Pembinaan dan pengawasan nasabah juga akan lebih terkonsentrasi,” kata mantan praktisi perbankan, Aminullah Usman SE, Ak, MM, kepada Serambi, Sabtu (25/09).

Usaha tersebut, sambungnya, tidak saja akan bisa mengoptimalkan pembiayaan kepada UKM, tetapi juga akan ikut mengatasi persoalan tingginya risiko kredit macet. Sebab sebagaimana diketahui, salah satu penyebab sulitnya UKM mengakses perbankan, salah satunya adalah karena perbankan masih melihat UKM sebagai sebuah usaha yang memiliki risiko tinggi.

Peran Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) menurutnya perlu dimaksimalkan. “Mereka sudah mengenal nasabah dari awal sehingga pembinaan oleh bank menjadi lebih mudah,” ujarnya.

Aminullah juga menilai perlunya membentuk sebuah Lembaga Penjaminan Keuangan Daerah (LPKD) yang berfungsi sebagai lembaga penjamin kredit. Bank-bank umum juga disarankannya untuk melakukan kerja sama dengan BPR melalui (linkage program), sebab BPR dinilai memiliki jangkauan paling dekat dengan usaha kecil. Disamping itu bank juga bisa menerapkan pola Grament Bank. “Pembinaan terhadap nasabah juga harus ditingkatkan, misalnya training dalam bidang manajemen dan pemasaran,” tambah mantan Dirut PT BPD Aceh tersebut.

Tarik dana luar
Di sisi lain, Aminullah juga menjelaskan tentang trend perkembangan kredit di Aceh yang terus mengalami peningkatan. Hingga 30 Juni 2010, berdasarkan data Bank Indonesia (BI) Banda Aceh, total kredit yang berhasil disalurkan perbankan di Aceh mencapai Rp 15,65 triliun. Sementara dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun sebesar Rp 16,43 triliun.

“LDR (loan to deposit ratio) perbankan sudah mencapai 95 persen. Ini cukup bagus. Hanya saja memang, kredit ke UKM masih lebih kecil, yakni Rp 7,8 triliun, sedangkan kredit untuk sektor lainnya mencapai Rp 9,45 triliun,” sebutnya.

Dia juga melihat adanya trend yang tidak berimbang antara perkembangan dana pihak ketiga dan kredit dengan beberapa tahun sebelumnya di saat Aceh masih dalam masa rehab rekons. Tahun 2008 lalu, DPK perbankan mencapai Rp 18,5 triliun, sekarang turun menjadi Rp 16,43 triliun. Sedangkan kredit dari Rp 10,6 triliun naik menjadi Rp 15,65 triliun.

“Terjadi trend yang tidak berimbang di sini. Karena itu perbankan kita sarankan tidak hanya mengunakan uang dari Aceh untuk kredit tetapi juga menarik dana dari luar untuk disalurkan kemari,” demikian Aminullah Usman.(yos)