Kamis, 28 Oktober 2010

DISKUSI WARUNG KOPI BUKOPIN

Thu, Oct 28th 2010, 13:46
Bukopin Targetkan Realisasi KUR Capai Rp 12 MiliarEkonomi | Bisnis

Sumber : Harian Serambi Indonesia
BANDA ACEH - Bank Bukopin Cabang Banda Aceh menargetkan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) tahun 2010 sebesar Rp 12 milair. Dari target tersebut, realiasi yang telah dicapai sebanyak Rp 3 miliar.

“Tahun lalu kita menyalurkan KUR sebesar Rp 2,3 miliar dari target Rp 7 miliar. Tahun ini penyaluran sudah mencapai Rp 3 miliar dari target Rp 12 miliar. Prediksi kita angka itu akan bertambah lagi, setelah melihat perkembangan yang signifikan di sektor ini. Ke depan kita akan terus menyalurkan KUR,” kata Pimpinan Bank Bukopin Cabang Banda Aceh, Dhani Tresno SE MM.

Hal itu diutarakannya saat berkunjung ke Kantor Harian Serambi Indonesia di Jalan Raya Lamboro, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, Rabu (27/10). Dia hadir bersama Manager Pelayanan dan Ops, Yefri Marlon, Relationship Oficer (RO) Funding, Maimun Ridwan SE, dan RO Lending, Azliansyah SE.

Menurut Dhani, ada banyak sektor UKM, baik perorangan, koperasi, maupun badan usaha yang telah menerima manfaat KUR dari Bank Bukopin sejak diluncurkan tahun 2005. Tercatat sebanyak 30 sektor usaha produktif dan lebih dari 40 usaha perdagangan ritel seperti sembako, spare part, material bangunan, dan sebagainya. “Tapi yang outstanding saat ini hanya 15 unit. Terbanyak penerima KUR kita yaitu Kota Banda Aceh dan Aceh Besar. Sebab kedua wilayah ini merupakan daerah operasional kita,” kata Dhani.

Jajaki kerja sama
Sementara, dalam lawatan mediaship-nya itu, Bank Bukopin Cabang Banda Aceh, mengajak Harian Serambi Indonesia untuk bekerja sama dalam acara Diskusi Warung Kopi yang membahas soal isu dan perkembangan perekonomian di Aceh. Rencananya acara besutan mereka itu akan diluncurkan dalam waktu dekat.

Pemimpin Perusahaan Serambi Indonesia, Mohd Din yang didampingi, Manager Iklan, Lailun Kamal, Pj Manager Percetakan Umum, Firdaus D, Manager Keuangan, Budi Safatul Anam, GM Radio Serambi FM, Bambang Maladi, dan Executive Radio Serambi FM, Rosnani HS, menyambut baik ajakan kerja sama tersebut.

“Enam belas tahun lalu, ketika harian ini baru terbit, kita sering melakukan diskusi dengan perbankan di Aceh tentang perkembangan perekonomian di Aceh. Maka itu kami sangat menyambut baik ajakan kerja sama ini dan akan segera kita bicarakan hal itu. Apalagi kita sangat prihatin dengan pertumbuhan ekonomi dan perputaran uang di Aceh yang berjalan lambat,” kata Mohd Din.(c47)

Kamis, 21 Oktober 2010

ACEH BUSINESS SUMMIT 2010

Thu, Oct 21st 2010, 11:54
Aceh Business Summit 2010
300 Pengusaha Diundang Untuk Berinvestasi
* Acara Berlangsung di Jakarta dan Aceh

Sumber : Harian Serambi Indonesia-Ekonomi | Bisnis

BANDA ACEH - 300 Pengusaha nasional dan internasional diundang hadir dalam acara Aceh International Business Summit 2010. Acara berlangsung di dua tempat berbeda, yaitu di Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, tanggal 10 November 2010, dan Hotel Hermes Palace Banda Aceh, 13 November 2010.

Pertemuan bergengsi dan bertaraf internasional tersebut akan dihadiri oleh berbagai kalangan berkompeten di bidang ekonomi dan investasi, baik dari dalam maupun luar negeri. “Acara ini bertujuan untuk mengeksplorasi lebih jauh peluang-peluang bisnis dan investasi di Aceh, serta mengajak pengusaha asing terlibat secara penuh di dalamnya,” kata Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Aceh, Firmandez, dalam jumpa pers di Gedung Saudagar Aceh, Rabu (20/10).

Dalam pertemuan itu jelasnya, potensi perdagangan lokal, regional, dan internasional dapat digali secara mendalam, sehingga peluang dan rencana investasi dapat disusun secara lebih komprehensif oleh pihak-pihak yang terlibat. “Kita juga berharap, tantangan dan kendala yang terjadi selama ini bisa secara bersama dicarikan solusinya, sehingga perdagangan dan investasi bisa hidup kembali,” tambah Firmandez.

Sementara itu, Ketua Panitia Pelaksana, Dr Suraiya IT mengatakan, acara summit digelar dalam dua sesi, yaitu di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, tanggal 10 November 2010, dan di Hotel Hermes Palace Banda Aceh, tanggal 13 November 2010. Pihaknya mengundang 300 pengusaha untuk hadir dalam dua pertemuan tersebut.

Di Jakarta katanya, acara akan melibatkan pengusaha Aceh yang tergabung dalam Aceh Business Club. “Peserta kita batasi, ada 100 kursi disediakan. Peserta diseleksi, yang ikut nanti mereka yang interest dan pernah terlibat dan kontruksi di Aceh pascatsunami,” kata Suraiya.

Sedangkan di Banda Aceh akan disediakan delapan meja. Di sini para investor disodorkan pilihan, bidang apa yang mereka minati untuk menanamkan modalnya di Aceh. Di pertanian, perkebunan, pertambangan, perternakan, dan atau pariwisata. “Setelah itu, akan ada dialog dan diskusi langsung antara pengusaha lokal dengan para investor,” imbuhnya.

Tim Ekonomi Pemerintah Aceh dan Chairman Aceh Business Working Group (ABWG), Iskandarsyah Bakri, mengatakan, Pemerintah Aceh sudah bekerja keras menyusun regulasi untuk memudahkan pihak investor lokal dan asing masuk ke Aceh. Apalagi katanya, kondisi Aceh sekarang relatif aman dan bisa dikatakan ripe atau ‘masak’ untuk investasi jangka panjang.

“Pemerintah Aceh akan menjadikan Aceh sebagai Logistic Hub Regional dengan sistem perdagangan yang berkelanjutan (sustainable), melibatkan perbankan, eksportir, dan pergudangan untuk melayani importir dan pasar,” katanya. Kepala Bidang Investasi Aceh, Badaruddin Daud, menyebutkan, dalam pertemuan di Jakarta nanti akan hadir Menteri BUMN Mustafa Abubakar, Gubernur Aceh Irwandi Yusuf, dan Wayne Forest dari American-Indonesian Chamber of Commerce akan menjadi pembicara utama.

Summit ini lanjutnya, dilaksanakan dalam rangka menindaklanjuti kunjungan Gubernur dan Kadin Aceh ke Amerika Serikat pada September 2007. Forum ini juga bermanfaat mendekatkan SDM di Aceh dengan lapangan kerja. Serta guna memacu peningkatan jumlah kualitas SDM di Aceh di berbagai sektor investasi dan perdagangan.

“Pertemuan di Jakarta merupakan gateway to investment in Aceh dan pertemuan kedua di Banda Aceh merupakan bentuk aksi yang lebih nyata yang mempertemukan pengusaha dalam satu meja. Di Banda Aceh kita mengundang CEO Media Indonesia Grup, Surya Paloh, dan Konsul Amerika di Medan, Stanley Harsya sebagai pembicara,” sebut Badaruddin.(c47)

BSM menyalurkan pembiayaan kepada peternak di Aceh

Thu, Oct 21st 2010, 14:19
BSM Salurkan Bantuan Biaya Untuk 50 Peternak

Ekonomi | Bisnis

BANDA ACEH - Bank Syariah Mandiri (BSM) Banda Aceh kembali menyalurkan pembiyaan bagi 50 peternak di Aceh Besar, Aceh Pidie, Aceh Utara, dan Aceh Timur. Ini untuk meningkatkan produksi daging ayam dan mengurangi ketergantungan pasokan daging ayam dari luar Aceh. Sampai saat ini BSM telah membiayai sekitar 86 peternak yang berada di seluruh Aceh.

Kepala Cabang BSM Banda Aceh, Elfian Jailani, menjelaskan, pembiayaan kepada peternak ayam ini telah dijalankan sejak 2007. Kata dia, dari 36 peternak yang BSM Banda Aceh biayai sebelumnya, seluruhnya dapat menyelesaikan kewajiban dengan baik kepada BSM.

“Kondisi peternakan yang dibantu BSM semakin berkembang. Sebelumnya peternak hanya memproduksi sekitar 5.000 ekor per satu kali panen, sekarang meningkat hingga tiga kali menjadi 15.000 ekor,” sebut Elfian.

Untuk tahun 2010 ini, pihaknya telah mencairkan pembiayaan kepada 40 peternak, dari yang direncanakan sebanyak 50 peternak. Rata-rata produksi mencapai 5.000 sampai dengan 6.000 ekor per satu kali panen per kandangnya.

Pembiayaan ini diharapkannya mampu meningkatkan produksi daging ayam, sehingga sanggup memenuhi kebutuhan daging ayam di kawasan Aceh dan ke depan diharapkan Aceh tidak perlu lagi memasok daging ayam dari luar daerah.

“Dengan penyaluran pembiayaan ini kita berharap para peternak dapat terus meningkatkan usahanya, sehingga secara langsung mempengaruhi peningkatan pendapatan bagi peternak di Aceh dan berdampak bagi masyarakat dengan menyerap tenaga kerja lebih banyak,” demikian Elfian.(c47)

Rabu, 20 Oktober 2010

Wajah Koperasi Di ACEH

Wed, Oct 20th 2010, 14:05
Pengembalian Dana Koperasi Banyak Menunggak
* Pemerintah Aceh Cari Mekanisme Baru
Ekonomi | Bisnis
Submber : Harian Serambi Indonesia

BANDA ACEH - Pemerintah Aceh saat ini sedang mencari mekanisme baru dalam upaya menyalurkan dana bergulir kepada koperasi di Aceh. Hal itu dilakukan karena banyaknya dana yang menunggak, belum dikembalikan oleh pihak koperasi. Sejak tahun 2007 hingga 2008 tercatat, ada Rp 110,5 miliar dana yang disalurkan. Tahun 2010 ini, pemerintah Aceh berencana akan menyalurkan lagi dana bergulir tersebut.

“Sejak dana ini mulai dikucurkan tahun 2007 lalu, tidak ada satu kabupaten/kota pun yang lancar pengembaliannya. Program ini tidak berjalan sama sekali. Koperasi-koperasi yang menerima dana bergulir ini sebagian besar tidak mengembalikan pinjaman modal usaha yang diberikan,” kata Kepala Biro Ekonomi Sekda Aceh, T Sofyan dalam kegiatan sosialisasi penyaluran dana bergulir yang diberikan kepada para kepala dinas yang membidangi koperasi dari 23 kabupaten/kota di Aceh, yang berlangsung di Hotel Grand Nanggroe, Selasa (19/10).

Karena itu sambungnya, Pemerintah Aceh harus memikirkan mekanisme baru proses penyaluran dana, serta akan memperketat pengawasan pengembalian dana bergulir tersebut. Menurut Sofyan, selain faktor lemahnya pengawasan saat pengembalian dana, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan pengembalian dana bergulir tidak berjalan. Salah satunya karena sebagian besar penerima manfaat menganggap dana pemerintah tersebut tidak perlu dikembalikan atau bersifat hibah.

“Mungkin kurang dilakukan pembinaan kepada penerima manfaat, dalam hal ini koperasi. Maka kami mengadakan kegiatan sosialisasi tentang apa dan bagaimana dana ini, untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman. Kami juga menampung semua informasi dari lapangan yang memberi tahu tentang kendala lain yang ditemui saat proses pengembalian dana,” imbuhnya.

Selain itu menurut Sofyan, untuk memperketat pengawasan saat pengembalian, mekanisme penyaluran dana bergulir sebaiknya tidak langsung dilakukan pemerintah, tapi melalui lembaga keuangan seperti Bank Perkreditan Rakyat (BPR) atau Baitul Qiradh (BQ). “Jika diserahkan kepada lembaga keuangan yang profesional seperti BPR atau BQ, maka penerima manfaat akan lebih terkontrol saat melakukan pengembalian. Juga perlu ditetapkan bunga pinjaman, agar pihak yang mendapatkan dana bergulir memiliki rasa tanggung jawab terhadap dana yang dia dapat,” tambahnya.

Kepala Administrasi Sarana Perekonomian Biro Perekonomian Setda Aceh, Amiruddin, menyebutkan, pada tahun 2007 pemerintah Aceh mengalokasikan dana bergulir sebesar Rp 6,5 miliar dan pada tahun 2008 sebesar Rp 19 miliar. Disamping itu juga ada dana yang bersumber dari APBN sebesar Rp 85 miliar. “Untuk saat ini, baru dana bergulir tahun 2007 yang sudah jatuh tempo pembayaran,” sebutnya.

Amiruddin menambahkan, tahun 2010 ini akan ada dana bergulir yang akan disalurkan kepada koperasi-koperasi di Aceh. Karena itu pihaknya akan melakukan verifikasi koperasi yang layak menerima bantuan, sebab dari total 6.000 lebih koperasi yang ada, hanya sekitar setengahnya saja yang aktif.

Tahun 2009 lalu sebenarnya, dana bergulir yang siap untuk dicairkan mencapai Rp 24 miliar. Namun karena data penerima manfaat yang terkumpul dianggap tidak tepat sasaran, maka sampai sekarang dana tersebut belum bisa dicairkan.

“Sedang untuk tahun 2010, dana akan dikucurkan pada November setelah verifikasi selesai. Kami juga sedang mengupayakan agar koperasi yang belum mengembalikan dana bergulir tahun 2007 dan 2008 untuk segera melunasinya,” ujar Amiruddin.(ami)