Kamis, 16 Februari 2012

BI BANDA ACEH PANEN PERDANA KLASTER JAGUNG PIPIL



Foto: PANEN PERDANA JAGUNG Kepala BI Cabang Banda Aceh Mahdi Muhammad didampingi Kepala BPTP Aceh Iskandar melakukan panen perdana klaster jagung pipil Varietas Bima 3 yang di Laksanakan di Saree Aceh, Selasa (13/2). Kegiatan tersebut merupakan kerja sama Bank Indonesia dengan BPTP Aceh. (n medanbisnis/dedi irawan)
Aceh Bisnis Rabu, 15 Feb 2012 06:48 WIB

Optimalkan Sektor Riil dan UMKM
BI Kembangkan Klaster Jagung PipilMedanBisnis – Banda Aceh.

Pimpinan Bank Indonesia (BI) Banda Aceh, Mahdi Muhammad mengungkapkan, lambatnya perkembangan sektor riil merupakan salah satu penyebab belum optimalnya pertumbuhan ekonomi di Propinsi Aceh.


Untuk itu, BI berusaha membantu meningkatkan pertumbuhan dengan terus berupaya melakukan penguatan sektor riil dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Salah satunya mendorong masyarakat memanfaatkan lahan telantar menjadi produktif.

“Penguatan sektor riil dan UMKM sebagai upaya meningkatkan pertumbuhan perekonomian masyarakat Aceh khususnya di daerah pedesaan, salah satunya melalui program klaster pengembangan jagung pipil di dua lokasi yakni Saree dan Jantho seluas 16 hektar,” kata Mahdi pada acara panen perdana klaster jagung pipil Bima-3 di Desa Saree Aceh, Selasa (14/2).

Mahdi memaparkan, kebutuhan jagung di Indonesia saat ini mencapai 22 juta ton, dimana sekitar dua sampai tiga juta ton diperoleh dari impor. Artinya masih ada peluang besar dalam pengembangan klaster jagung pipil di Aceh.

“Kita harapkan, selanjutnya akan terbentuk Gapoktan yang solid, mandiri dan memiliki komitmen yang tinggi untuk terbentuknya LKM,” katanya.

Mahdi berjanji akan terus memfasilitasi kelompok tani untuk pengembangan lebih lanjut. Semua hasil panen akan ditampung perusahaan pakan ternak yang ada di Aceh Besar dengan harga pantas.

Sementara itu Kepala BPTP Aceh, Ir T Iskandar MSi, mengatakan varietas jagung Bima-3 yang ditanam Oktober 2011 merupakan produk Badan Litbang melalui Balai Penelitan Serealia Maros, Sulawesi Selatan.“Keunggulan varietas Bima-3, selain potensi hasil cukup tinggi, juga tahan terhadap penyakit bulai serta daunnya dapat digunakan jadi bahan pakan ternak,” jelasnya.

Menurut Iskandar, selama ini petani di wilayah tersebut terbiasa menanam jagung manis untuk konsumsi. “Kita berharap petani di sini dapat melanjutkan penanaman jagung pipil hibrida. BPTP tetap mendukung dan melakukan pendampingan teknologi,” ujarnya.

Sebelumnya, petani di wilayah tersebut yang kebanyakan menanam jagung manis untuk konsumsi banyak mengeluh. “Petani kurang bersemangat karena harga jual kurang menguntungkan,” kata Kepala Desa Saree Aceh, Syarwan Gadeng.

Namun sekarang, dia yakin petani akan bersemangat menanam jagung hibrida untuk bahan pakan ternak, karena selain produksinya tinggi, pasarnya juga terjamin.

Kawasan demplot tersebut diharapkan menjadi percontohan yang akan dikunjungi petani daerah lain. Selain lokasinya strategis, juga didukung Saree School yang dibangun sejak 2007 sebagai pusat pendidikan dan pelatihan bagi petani, penyuluh serta pelaku pertanian lainnya.

Ketua Kelompok Tani Desa Saree Aceh, Mustaji, mengatakan hasil panen jagung Bima-3 cukup memuaskan, satu tongkol kering mencapai tiga ons biji pipil, artinya rata-rata empat tongkol kering menghasilkan 1 kg biji pipil.

Sedangkan hasil jagung hibrida yang ditanam sebelumnya di Saree Aceh, rata-rata delapan tongkol kering per kilogram biji pipil. Dengan demikian penaman jagung hybrid Bima-3 mampu meningkatkan hasil panen sebesar 50% dari sebelumnya.

Untuk pemasaran, pimpinan Jantho Farm, Heri Hasan, sudah berkomitmen perusahaan yang bergerak di bidang unggas ini akan membeli hasil panen jagung yang ditanam di Saree Aceh, yang diperkirakan mencapai 100 ton jagung pipil kering. Pihaknya membutuhkan sekitar 1,2 ton biji jagung sehari. (dedi irawan)