Minggu, 03 April 2011

SELAMAT HARI AUTIS SEDUNIA 2 April 2011





Jumlah Anak Autis Meningkat Di Aceh



BANDA ACEH - Jumlah anak-anak autis (tidak bisa berkomunikasi dan hubungan sosial tidak normal) di Kota Banda Aceh, dalam tiga tahun terakhir dilaporkan terus meningkat. Sekolah alternatif yang menangani anak-anak autis di Banda Aceh, My Hope, melansir peningkatannya sangat signifikan. Tahun 2008, My Hope mencatat hanya ada lima anak autis, tahun 2009 bertambah jadi 15, dan hingga 2010 sudah ada 18 orang.

“Jumlah ini adalah jumlah yang dititipkan orang tuanya kepada kami. Bisa jadi di luar jumlahnya lebih banyak. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya orang tua yang datang untuk berkonsultasi. Setiap bulan, ada 10 orang yang datang,” kata Pimpinan Yayasan Amanah Kamome, Poppy Amalya MPsi kepada Serambi, Sabtu (2/4).

Menurut Poppy, seharusnya orang tua tak perlu malu jika memiliki anak autis. Karena, anak autis bisa dibebaskan/disembuhkan jika dilakukan penanganan yang tepat dan intensif, sejak mereka berusia dua tahun. Jika ditnagani dengan tepat, dalam waktu sekitar dua tahun, anak autis akan menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik.

Memang, sebut Poppy, biaya yang dikeluarkan untuk terapi tidaklah sedikit. Satu kali terapi saja perlu uang Rp 1 juta. “Dari awal keberadaaan My Hope pada 2008, ada 35 anak autis kami subsidi bagi keluarga kurang mampu. Kini tinggal 25 anak lagi. Kita berharap anak-anak ini bisa kembali bersosialisasi dengan lingkungannya,” ujar Poppy.

Ia menambahkan, pihaknya berencana melakukan survei terhadap jumlah anak autis di Aceh. Namun rencana itu terbentur dana, sehingga sampai saat ini belum dilakukan.

Sementara di tempat terpisah, Idham Edo, orang tua dari salah satu anak autis di Banda Aceh, saat ikut dalam kampanye pada peringatan Hari Autisme se-Dunia di Bundaran Simpang Lima, Banda Aceh, Sabtu (2/4), berharap, Pemerintah Aceh bisa menyisihkan sedikit dana untuk membantu anak-anak autis dari keluarga kurang mampu. Aksi itu dilakukan bersama Center for Indonesia Medical Studens’ Activities (CIMSA) lokal Unsyiah.

“Anak saya sekali terapi di Yogya Rp 1,5 juta, belum lagi biaya untuk beli obat, bisa Rp 1 hingga Rp 2 juta sekali beli. Coba kalau yang mengalami keluarga kurang mampu. Karena itu hari ini kami ingin mengugah kepedulian pemerintah. Orang tua juga harus berusaha membebaskan anaknya yang autis, karena itu bisa dilakukan,” tandasnya.

Edo mengatakan, sekarang ini ada sekira 50 orang tua yang memiliki anak autis di Banda Aceh yang tergabung dalam Parent Support Group (PSG) di SDN 54 Tahija, Banda Aceh yang terus menyuarakan perlunya penanganan autis sejak dini.(c47)

Tidak ada komentar: